Home » » [cfbe] PENDIDIKAN : Mereka Memilih Setia di Tengah Keterbatasan

[cfbe] PENDIDIKAN : Mereka Memilih Setia di Tengah Keterbatasan

Written By Celoteh Remaja on Kamis, 24 November 2016 | 10.58

 

PENDIDIKAN
Mereka Memilih Setia di Tengah Keterbatasan

CORNELIUS HELMY
Kompas Cetak, 24 November 2016


Sebagian guru di Jawa Barat memilih berkreasi meningkatkan kualitas siswa di tengah keterbatasan. Mereka memilih berkarya ketimbang mengeluhkan keadaan.


Krak! Hastuti (38) nyaris jatuh saat bangku di ruang guru SDN Dayeuhkolot 07, Kabupaten Bandung, patah di bagian kaki, Senin (21/11). Bangku dari kayu albasia itu lapuk setelah terendam banjir bercampur lumpur beberapa hari lalu. "Kalau begini, kami bisa kehabisan kursi," katanya.


Hastuti lupa berapa banyak bangku yang rusak. Sejak tahun 2005, SDN Dayeuhkolot 07 kerap dilanda banjir. Tahun 2016 saja, siswa hanya tiga bulan belajar dengan layak. Sisanya, mereka mengikuti kegiatan belajar-mengajar yang digelar darurat di rumah warga dan guru, termasuk rumah Hastuti di Kampung Bolero, Kecamatan Dayeuhkolot.


Hastuti mengatakan, awalnya tidak mudah mengajak siswa tetap sekolah di rumahnya. Air dan lumpur yang merendam rumah dan menimbun jalan kerap mematahkan semangat siswa. Jumlah siswa menurun sejak enam tahun terakhir. Dari 300 siswa, kini tinggal 197 siswa.


"Mayoritas siswa berasal dari daerah langganan banjir, seperti Andir, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Bersama orangtuanya, siswa pindah rumah," katanya.


Namun, Hastuti dan guru lain tidak mau menyerah. Mereka tidak bosan mengajak siswa belajar meski harus duduk di atas tikar tipis. Tidak ada papan tulis, buku bantu mengajar basah terendam air sehingga tidak bisa digunakan.


"Meski hanya 5-6 siswa, sekolah darurat tetap jalan. Kami pernah membuktikan keinginan kuat itu tidak sia-sia. Tahun lalu, salah seorang siswa berhasil menjadi Juara Kedua Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2015 untuk mata pelajaran IPA tingkat Kabupaten Bandung," katanya.


Siswa itu adalah Syafira Rahma (12). Siswa kelas VI ini mengatakan, sekolah darurat membantu ia mempersiapkan OSN. Selain sekolah, ia tidak punya lagi tempat belajar Biologi, pelajaran favoritnya.


"Saya mau menjadi guru Biologi. Ingin mengajak semua orang tak buang sampah sembarangan. Buang sampah sembarangan bikin banjir," katanya.


Bahagia

Berjarak 90 kilometer dari Dayeuhkolot, guru-guru di SMA Widya Mukti di Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya juga memperjuangkan semangat serupa. Sejak lima tahun lalu, 15 tenaga pengajarnya masih setia menjemput mimpi anak-anak tidak mampu untuk meraih masa depan yang lebih baik.


"Kami datangi dan ketuk setiap rumah anak yang tidak melanjutkan sekolah. Kami menawarkan sekolah dengan biaya semampunya," kata Kepala SMK Widya Mukti Dadan Erawan.


Dadan mengatakan, pilihan itu dilatarbelakangi minimnya minat lulusan SMP di Cigalontang melanjutkan sekolah. Sebagian besar anak buruh tani, pemetik teh, dan buruh bangunan yang berpenghasilan rendah.


Tahun ajaran baru 2016/2017, contohnya, kata Dadan, guru SMK Widya Mukti berhasil mengajak 37 anak bersekolah. Mereka berasal dari sekitar Cigalontang atau Kecamatan Salawu di Kabupaten Garut.


"Tidak selalu berhasil membujuk mereka. Penolakan orangtua kerap kami terima, mulai dari kata kasar hingga membanting pintu tepat di depan muka kami," ujarnya.


Meski siswa hanya membayar semampunya dan beberapa bahkan tak sanggup membayar, Dadan mengatakan, pendidikan yang diberikan tak sembarangan. Semua tenaga pengajar di SMK Widya Mukti lulusan S-1. Meski statusnya guru honorer, mereka menyiasati keterbatasan dengan penuh inovatif.


Inovasi terbarunya saat SMK Widya Mukti mencatatkan diri sebagai sekolah pertama yang menggelar ujian internal berbasis komputer di Tasikmalaya tahun ini. Perangkat lunaknya dibuat salah seorang guru. Keterbatasan komputer disiasati dengan membeli dan memperbaiki komputer bekas yang rusak.


"Sebagian besar biaya operasional sekolah berasal dari bantuan operasional sekolah (BOS) dan kerelaan guru. Hasilnya manis. Dari awalnya enggan sekolah, beberapa di antara mereka sudah kuliah. Bahkan, ada yang sudah bekerja dengan gaji hingga enam kali lipat dari guru di sini," kata Dadan, yang menyebutkan gaji guru honorer Rp 400.000-Rp 500.000 per orang per bulan.


Kiprah SMK Agronomi Al Madaniyah di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, juga mulia. Sejak empat tahun lalu, guru-gurunya rutin mengajak anak petani gurem putus sekolah kembali sekolah. Tidak ada sepeser uang pun ditarik dari siswa.


Kepala SMK Agronomi Al Madaniyah Nanang Budiman mengatakan, tahun ini ada 42 siswa baru dari total murid 72 orang. Ia mengatakan, jika nekat menarik uang sekolah, kemungkinan besar 50 persen di antaranya enggan sekolah.


"Selain dana BOS, biaya lain kami usahakan sendiri. Sekadar iuran atau menjual barang pribadi biasa dilakukan guru di sini. Kesetiaan guru luar biasa meski hanya dibayar Rp 5.000 per orang per jam mata pelajaran," kata Nanang Budiman.


Tetap semangat

Tepat pukul 12.00, kegiatan belajar-mengajar di SDN Dayeuhkolot 07 usai. Siswa berdesakan keluar kelas mencari sepatu yang sengaja dilepas di muka kelas akibat penuh dengan lumpur setelah wilayahnya dilanda banjir.


"Assalamualaikum. Sampai bertemu besok, Bu," kata salah seorang siswa, pamit pulang kepada Wati Rohmawati (33), salah seorang guru di sana.

Mendengar itu, Wati tak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Meski dikepung banjir, ia melihat siswa tetap bersemangat terus sekolah.


"Semangat itu juga yang membuat saya sulit meninggalkan mereka," kata lulusan Jurusan Biologi di Universitas Padjadjaran dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Langlangbuana, Bandung, itu.


Kesempatan lebih baik sebenarnya ada di depan mata Wati. University of Kitakyushu di Jepang menawarkan beasiswa penuh baginya untuk melanjutkan pendidikan S-2. Besar kemungkinan, kelak ia tak lagi mengandalkan penghasilan Rp 500.000 per bulan sebagai guru honorer.


Namun, Wati belum ingin pergi. Bersama dua rekan guru honorer lain, ia tengah menggarap penelitian sekaligus buku tentang hidup aman dan sehat di sekitar bantaran.


Beberapa praktik dari studinya sudah diterapkan di SDN Dayeuhkolot 07, seperti membuat alat penjernih air sederhana serta menanam jenis pohon dan tanaman sayur. Kedua aktivitas itu ikut membawa SDN Dayeuhkolot menjadi salah satu sekolah hijau di Kabupaten Bandung.


Kini, jejak hijau itu hilang dihajar banjir. Pohon dan botol penjernih air terendam lumpur. Sekolah yang kerap dikunjungi guru dari sejumlah daerah ini kini hanya menyisakan genangan air, buku basah, dan perabotan kayu nan lapuk.


Namun, Wati meyakinkan keinginannya untuk terus bangkit mendidik anak-anak agar menjadi sumber daya yang lebih baik tak akan pernah usai. Semangat belajar siswa membuatnya tetap ingin setia.


Lumpur akan dibersihkan. Pohon akan ditanam lagi. Seperti banyak perjuangan guru di daerah lain, ia tak ingin menyerah mempersiapkan generasi terbaik negeri ini.


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 November 2016, di halaman 1 dengan judul "Mereka Memilih Setia di Tengah Keterbatasan".


__._,_.___

Posted by: Dhitta Puti Sarasvati <dputi131@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)

Have you tried the highest rated email app?
With 4.5 stars in iTunes, the Yahoo Mail app is the highest rated email app on the market. What are you waiting for? Now you can access all your inboxes (Gmail, Outlook, AOL and more) in one place. Never delete an email again with 1000GB of free cloud storage.

---------- http://groups.yahoo.com/group/cfbe ----------
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id

Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------

.

__,_._,___
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Milis Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger