Home » » [Lingk] Pemadaman Tidak Efektif, Masyarakat Minta Langkah Konkret

[Lingk] Pemadaman Tidak Efektif, Masyarakat Minta Langkah Konkret

Written By Celoteh Remaja on Rabu, 15 Oktober 2014 | 18.47

 

Rabu, 15 Oktober 2014
kompas logo
Pemadaman Tidak Efektif, Masyarakat Minta Langkah Konkret

PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan beberapa bulan ini di
sejumlah daerah, hingga Selasa (14/10), belum mampu diatasi. Akibatnya,
banyak warga terus menderita karena kabut asap. Penanganan kebakaran
lahan yang dilakukan pemerintah dinilai kurang efektif.

Kabut asap hingga kemarin masih menyelimuti Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Aceh, Riau,
Jambi, Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan.

Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa, jarak pandang hanya sekitar
500 meter. Gara-gara asap pekat itu, helikopter pengebom air Mi8-MTV dan
Bolkow tidak dapat beroperasi memadamkan api.

"Helikopter Bolkow bisa terbang jika jarak pandang minimal 700 meter,
sedangkan helikopter Mi8-MTV butuh jarak pandang 1.500 meter. Kedua
helikopter standby di Bandara Tjilik Riwut," kata Indiyarto, anggota
staf Bidang Perencanaan Posko Darurat Bencana Kebakaran Hutan, Lahan,
dan Pekarangan Kalimantan Tengah, di Palangkaraya.

Dari data penerbangan, sejak 13 Juni, helikopter Mi8-MTV sudah melakukan
1.138 kali pengeboman dengan menggunakan 4.552.000 liter air. Setiap
kali pengeboman, helikopter tersebut mampu membawa 4.000 liter air.
Operasi pengeboman dengan helikopter itu terhenti sejak Minggu lalu
karena jarak pandang minim.

Helikopter Bolkow sejak 17 September melakukan 1.265 kali pengeboman
dengan menggunakan 632.500 liter air. Sekali pengeboman, helikopter
Bolkow hanya mampu membawa 500 liter air. Bolkow berhenti mengebom Senin
lalu.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Tengah
Muchtar mengatakan, pemadaman api saat ini hanya mengandalkan operasi
darat yang sering terkendala lokasi yang tidak terjangkau dan tidak ada
sumber air di sekitar lokasi kebakaran. "Kalimantan Tengah sangat
membutuhkan pesawat Hercules penyemai hujan buatan karena potensi awan
ada di bagian utara, seperti di wilayah Barito. Jika ada hujan, kabut
asap bisa sedikit berkurang," katanya.

Pesawat Hercules A-1317 ditarik dari Kalimantan Tengah, 22 September
lalu, untuk penyemaian benih hujan di Palembang, Sumatera Selatan.
Pesawat Hercules yang didatangkan ke Kalimantan Tengah awal Agustus itu
lalu diterbangkan ke Surabaya.

Kepala Subdirektorat Perencanaan Darurat Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Eko Budiman mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi
dengan Markas Besar TNI dan dijanjikan akan segera mengirimkan pesawat
Hercules ke Kalimantan Tengah.

Gangguan kabut asap yang masih terus terjadi mendorong masyarakat
Ketapang, Kalimantan Barat, meminta langkah konkret pemerintah. "Sudah
beberapa bulan ini masyarakat hidup dalam kepungan asap. Saya menilai
pemerintah tidak memiliki langkah konkret mengatasi masalah ini,
khususnya dalam penegakan hukum kepada pelaku pembakar lahan," ujar
Sugeng Hartanto (25), warga Ketapang, Selasa.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Ketapang
Maryanto mengakui cukup sulit memadamkan api karena sumber-sumber air
mengering akibat kemarau. Apalagi pemadaman masih sangat bergantung
kepada BPBD.

Gubernur Kalimantan Barat Cornelis menyatakan, ia telah menginstruksikan
Bupati Ketapang Hendrikus agar lebih gencar menangani kabut asap.

Di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo
Nugroho mengatakan, pemadaman titik api terus dilakukan, baik di darat
maupun melalui udara.

"Saat ini sudah ada sembilan helikopter BNPB digunakan untuk pemadaman
di Sumatera dan Kalimantan. Dua heli tambahan MI-17 sudah ada di Bandara
Halim Perdanakusuma dan segera dikirim. Kami juga akan berusaha menambah
lagi dengan menyewa dari luar negeri," katanya.
Rp 320 miliar

Sutopo menambahkan, upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan saat ini
telah menyedot anggaran cukup besar, yaitu Rp 320 miliar, dari total Rp
350 miliar anggaran yang disiapkan untuk tahun ini.

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin juga menyatakan bahwa semua upaya
pemadaman kebakaran hutan dan lahan telah dikerahkan maksimal untuk
mengatasi kabut asap. Namun, luasnya lahan gambut yang terbakar ditambah
minimnya awan hujan akibat kemarau panjang membuat kabut asap masih
terus terjadi.

Alex mengatakan, kebakaran lahan gambut di Sumatera Selatan telah hampir
mencapai 7.000 hektar. Dengan kedalaman 2-3 meter, kebakaran lahan
gambut ini sulit dipadamkan dengan pemadaman manual. "Kebakaran lahan
gambut seperti ini hanya bisa dipadamkan oleh hujan lebat tujuh hari
tujuh malam," katanya seusai mengikuti shalat Istiska, untuk memohon
hujan di halaman Kantor Gubernur Sumatera Selatan, di Palembang, Selasa.

Satu-satunya harapan saat ini, kata Alex, adalah melokalisasi kebakaran
agar tak meluas.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin mengimbau warga
di daerahnya berdoa dan terus memohon kepada Allah SWT agar segera
menurunkan hujan. "Kita harus berdoa karena upaya yang kita lakukan
untuk mengatasi kabut asap sudah optimal," kata Rudy saat bersama warga
Banjarmasin menggelar shalat Istiska, Selasa.

Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang menyatakan, untuk
mengatasi bencana itu, masa tanggap darurat diperpanjang hingga 21
Oktober. "Pemadaman darat dan udara terus kami giatkan. Penegakan hukum
dengan tegas juga kami upayakan agar memberi efek jera bagi pembakar
lahan," ujarnya.
Kerugian

Kerugian ekonomi terus membengkak akibat lambannya pengendalian kabut
asap dari aktivitas pembakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan.
Sejumlah usaha dikhawatirkan kolaps jika kondisi ini dibiarkan.

Kepala Bandara Sultan Thaha Jambi Dorma Manalu mengatakan, 16
penerbangan per hari dibatalkan dari Jambi pada empat hari terakhir ini.
Akibatnya, pihak bandara kehilangan potensi pendapatan pajak jasa
bandara dari 1.500 orang hingga 2.000 calon penumpang per hari. Nilai
potensi pendapatan yang hilang berkisar Rp 300 juta. "Tak ada pemasukan
dari pajak bandara karena penumpang tidak berangkat," ujar Manalu.

Di Kutai Barat, Kalimantan Timur, transportasi udara pun masih lumpuh
seiring dengan belum dibukanya Bandara Melalan.

Kerugian lain yang diderita adalah penyakit yang dialami masyarakat.
Penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Palembang, misalnya,
terus bertambah. Selama September ada 4.839 pasien ISPA di 39 puskesmas
di Palembang. Jumlah itu naik lebih dari 50 persen dibandingkan dengan
Agustus.

Ketua Divisi Penyakit Paru akibat Kerja dan Lingkungan, Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Agus Dwi Susanto mengemukakan, pada kabut asap ada
dua hal yang membahayakan pernapasan, yakni gas dan partikel. Ia
menambahkan, asap dari pembakaran bersifat iritatif pada membran mata,
hidung, saluran pernapasan, hingga paru.
(dka/esa/jum/pra/ire/ita/dri/adh/aik)

http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009477079

__._,_.___

Posted by: Djuni Pristiyanto <djunister@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
===== Petunjuk Milis Lingkungan ===========

Gunakan bahasa yang sopan dan bersikap dewasa
Berlangganan: lingkungan-subscribe@yahoogroups.com
Berhenti    : lingkungan-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Lingkungan tidak menerima segala bentuk ATTACHMENT, bila ada
yang akan kirim ATTACH harap di-COPY & PASTE di BADAN EMAIL.

===== Motto:Lestari dan berseri Indonesiaku ======

Arsip berita-berita lingkungan di Indonesia :
http://groups.yahoo.com/group/berita-lingkungan/
Berlangganan : berita-lingkungan-subscribe@yahoogroups.com

.

__,_._,___
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Milis Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger