Home » » [Lingk] Kebakaran Lahan, Terperangkap dalam Kabut Asap

[Lingk] Kebakaran Lahan, Terperangkap dalam Kabut Asap

Written By Celoteh Remaja on Rabu, 15 Oktober 2014 | 18.46

 

Rabu, 15 Oktober 2014
Kebakaran Lahan, Terperangkap dalam Kabut Asap

SILUET Jembatan Ampera yang hanya samar-samar terlihat dalam balutan
kabut asap menyampaikan kegelisahan warga Kota Palembang. Setidaknya
dalam dua pekan ini, ikon ibu kota Sumatera Selatan itu kerap sulit
terlihat karena terhalang asap pekat. Setiap tahun bencana kabut asap
terjadi, tetapi tahun ini dirasakan warga Palembang lebih berat daripada
tahun-tahun sebelumnya.

"Terperangkap asap," ujar Ida Idrus Syahrul (50), warga Palembang,
menggambarkan perasaannya dua pekan ini. Saat asap pekat datang, yang
biasanya terjadi pada pagi dan sore, ibu dua anak itu tak punya tempat
tersisa untuk menghindar.

Asap akibat kebakaran hutan dan lahan juga telah memasuki rumah yang
seharusnya menjadi tempat paling nyaman. "Sekarang sudah sangat tak
nyaman. Di mana pun dikejar asap. Bangun tidur, langsung saya melihat
asap di dalam kamar. Mau tidur, aroma asap menyengat tercium sampai
panas tenggorokan rasanya," kata Ida, Selasa (14/10).

Setiap pagi, sebagian warga Palembang mendapati lapisan abu tebal di
perabot dan lantai rumah yang terbawa dalam kabut asap. Masker pun
menjadi kostum wajib warga sambil berharap lapisan abu tak menembusnya.

Sebagian besar warga Palembang tak punya tempat sembunyi karena rumah
dan pekerjaan mereka ada di kota itu. Mereka hanya bisa mengurangi
kegiatan di luar ruangan. Namun, kenyamanan tinggal di dalam rumah pun
terenggut oleh asap.

Gangguan kesehatan banyak dikeluhkan, seperti yang paling ringan adalah
mata pedih, napas terasa berat dan sesak, serta stamina tubuh menurun.
Belasan ribu warga Sumsel berobat ke rumah sakit atau puskesmas karena
mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di tengah pekatnya
kabut asap. Kesehatan anak-anak, warga lanjut usia, dan penderita
gangguan saluran pernapasan paling rentan terganggu asap.

Erin Trisnadika (22), karyawan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) II
Cabang Palembang, sampai terpaksa dirawat di rumah sakit selama sehari
karena asmanya kambuh saat kabut asap pekat melanda Palembang. Ia nyaris
tak bisa bernapas dan merasa kesakitan. Ia juga tak masuk kerja selama
dua hari.

Berdasarkan pengukuran Badan Lingkungan Hidup Sumsel, udara Palembang
telah beberapa kali masuk dalam status berbahaya untuk makhluk hidup,
dengan indeks standar pencemaran udara (ISPU) di atas 300 untuk
particulate matter (ukuran partikel) di atas 10 mikron atau debu.
Kualitas udara Palembang mencapai angka terburuk pada Minggu (12/10)
dengan ISPU di atas 800.

Bukan hanya di Palembang. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya, Septiani
Dyta Utari (23), yang menetap di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir,
merasakan penderitaan yang sama. "Melakukan apa saja jadi tak nyaman.
Belajar pun sulit untuk konsentrasi," katanya.

Selama setidaknya sebulan ini, lahan gambut kawasan Indralaya dan lahan
di sekitar kampus Universitas Sriwijaya tak henti-hentinya terbakar.

Kondisi serupa dialami warga Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Lebih
dari sebulan, kabut asap menyelimuti kota itu. Anak sekolah diliburkan,
penderita ISPA meningkat, dan penerbangan pun terganggu.

Maryati (32), warga Mendawai, Palangkaraya, menginformasikan, "Anak saya
seminggu ini sesak napas, batuk-batuk, dan lemas. Sudah diberi obat
batuk, tetapi tetap belum sembuh. Pagi hari saat jendela belum dibuka,
asap sudah masuk rumah." Maryati menuturkan itu ketika memeriksakan
anaknya, Keyla (3), di Puskesmas Pahandut, Selasa.

Keyla tampak lesu dan murung. Berulang kali kepalanya bersandar di bahu
Maryati dan terkadang minta dipeluk Ikamsyah (32), ayahnya. Keyla tidak
rewel, tetapi matanya berair seakan menahan pedihnya polusi kabut asap.
"Bibirnya pecah-pecah dan minumnya hanya sedikit-sedikit," ujar Maryati.

Ikamsyah yang bekerja sebagai pekerja bangunan mengeluhkan hal yang
sama. "Saya juga sudah lama pilek dan flu, tidak sembuh-sembuh.
Seharusnya pemerintah bisa mencegah kebakaran lahan dan kabut asap ini,"
katanya.

Puskesmas Pahandut setiap hari rata-rata menerima lebih dari 20 orang
yang memeriksakan diri terkait ISPA. Jumlah penderita ISPA di
Palangkaraya pada 6-11 Oktober 2014 mencapai 960 orang. Jumlah itu naik
dari minggu sebelumnya, 824 orang.
Gerakan warga

Buruknya kondisi akibat kebakaran lahan dan hutan yang tak kunjung henti
ini membuat warga tak berdiam diri. Septiani Dyta Utari menyusun petisi
menolak kabut asap yang ditujukan kepada Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
Petisi diunggah di internet melalui www.change.org atas nama Dee Hwang,
yang merupakan nama pena Septiani sebagai penulis dan pelukis.

"Sudah lima tahun saya tinggal di Indralaya, tetapi belum ada perubahan
signifikan untuk lahan telantar di sisi jalan lintas timur
Palembang-Indralaya. Ujung-ujungnya, setiap tahun lahan itu terbakar dan
masyarakat jadi korban," kata mahasiswi asal Lahat, Sumsel, itu.

Hadi Jatmiko, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) Sumsel, juga menyusun petisi menolak kabut asap serta mencegah
pembakaran hutan dan lahan. Anak Hadi yang baru berusia 1,5 tahun juga
menderita batuk, demam, dan sesak napas di tengah pekatnya kabut asap.

Petisi bertajuk "Kami Bukan Iwak Salai, Cabut Izin dan Pidanakan
Perusahaan Pembakar Hutan Lahan" (iwak salai berarti ikan asap) itu juga
diunggah melalui situs yang sama.

Petisi ini juga ditujukan kepada Gubernur Sumsel, selaku pihak yang
berwenang membuat kebijakan, untuk bertindak tegas terhadap kebakaran
lahan dan hutan di Sumsel.

Ada pula petisi lain, seperti Sumatera Selatan harus bebas asap, yang
diunggah 97,5 Play FM Palembang.

Petisi-petisi itu mempunyai satu harapan, yaitu ketegasan pemerintah
untuk menindak pembakar lahan dan hutan sehingga kejadian ini bisa
dicegah pada masa mendatang. Selama ini lemahnya penindakan dan
pemberian sanksi dinilai menjadi akar yang membuat bencana ini terus
terulang setiap tahun. (Irene Sarwindaningrum/ Megandika Wicaksono)

http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009477099

__._,_.___

Posted by: Djuni Pristiyanto <djunister@gmail.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
===== Petunjuk Milis Lingkungan ===========

Gunakan bahasa yang sopan dan bersikap dewasa
Berlangganan: lingkungan-subscribe@yahoogroups.com
Berhenti    : lingkungan-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Lingkungan tidak menerima segala bentuk ATTACHMENT, bila ada
yang akan kirim ATTACH harap di-COPY & PASTE di BADAN EMAIL.

===== Motto:Lestari dan berseri Indonesiaku ======

Arsip berita-berita lingkungan di Indonesia :
http://groups.yahoo.com/group/berita-lingkungan/
Berlangganan : berita-lingkungan-subscribe@yahoogroups.com

.

__,_._,___
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Milis Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger