Home » » [cfbe] DUNIA PENDIDIKAN KITA DI TENGAH PANDEMI COVID 19

[cfbe] DUNIA PENDIDIKAN KITA DI TENGAH PANDEMI COVID 19

Written By Celoteh Remaja on Kamis, 21 Mei 2020 | 05.56

 

DUNIA PENDIDIKAN KITA DI TENGAH PANDEMI COVID 19

 

Jelas sekali bahwa kita tidak tahu kapan pandemi Covid 19 ini akan berlalu. Jangankan kita, bahkan seluruh dunia juga tidak tahu kapan pandemi ini akan berlalu. Meski seluruh ahli medis dan pakar terbaik di seluruh dunia telah mengerahkan segala kemampuannya untuk mencari cara untuk menghentikan pandemi ini toh mereka pada akhirnya tidak mampu memberikan kepastian kapan mereka bisa menghentikan. Semula memang ada beberapa peramalan tentang kapan dan bagaimana virus ini bisa dihentikan tapi ternyata perkiraan para ahli tersebut buyar semua karena ternyata virus ini tidak bisa diperkirakan mutasinya. Wuhan yang semula sudah merayakan kemenangannya melawan virus ini ternyata sekarang kembali cemas karena virus ini kembali muncul dan ada warganya yang kembali positif. Dunia menyebutnya sebagai serangan Covid 19 Gelombang Kedua. Tapi siapa yang bisa menduga apakah tidak akan ada gelombang serangan ketiga atau keempat setelahnya?

Kita juga tidak bisa menunggu sampai obat atau vaksin virus ini ditemukan. Tak ada kepastian kapan obat atau vaksinnya bisa ditemukan. Paling cepat vaksinnya baru akan ditemukan 1 atau 1 ½ tahun yang akan datang. WHO menyatakan tidak akan pernah ada vaksin sebelum akhir 2021. Bahkan Dr. David Nabarro seorang profesor dari Global Health di Imperial College London dan sekarang sebagai Special Envoy (PBB-red) pada WHO untuk Covid-19, mengatakan bahwa kemungkinan besar tidak akan pernah ada vaksin yang efektif untuk Corona. 

 

Sementara itu kita tidak bisa terus menerus mengurung diri karena itu jelas akan menghancurkan perekonomian kita lebih cepat ketimbang masalah kesehatan kita. Tidak bisa tidak bangsa ini secara bertahap harus mampu mengembalikan kegiatan sosial dan membangun perekonomiannya agar pulih kembali. Saat ini seperti yang kita saksikan seluruh dunia terpuruk.  Bahkan negara adidaya seperti Amerika dan Eropa pun sangat menderita. Bahkan  kasusnya terbanyak di dunia dan kematiannya pun sangat tinggi. Pergerakan ekonomi dan perdagangan terhenti. Saat ini semua negara mulai  menggeliat dan sadar bahwa mereka harus bangun dari ketakutan dan kekhawatiran. Kita semua harus bangun dari keterpurukan ini untuk memulai kehidupan lagi.

 

Tapi ini memang dilemma. Kalau kita melonggarkan atau membuka lockdown atau PSBB maka kita pasti akan mengalami peningkatan penularan Covid-19 dan wabah akan lebih dahsyat lagi. Jadi kalau kita ketatkan maka perekonomian bangsa akan hancur tapi jika kita kendorkan maka kematian akibat penularan virus ini akan meningkat. Opsi mana pun yang kita ambil tetaplah seperti makan buah simalakama.

 

Jadi mau tidak mau kita memang harus 'berdamai' dengan corona. Artinya kita menerima adanya fakta bahwa virus Corona ini akan tetap ada bersama kita dan belum bisa kita enyahkan dari muka bumi. Tapi kita tetap harus waspada agar tidak tertular. Masyarakat haruslah dibolehkan untuk bergerak mencari kehidupan tapi dengan penuh kewaspadaan. Pergerakan warga adalah sumbu pergerakan ekonomi.  Perekonomian rakyat yang harus bangkit dalam situasi apa pun. Yang harus diingat adalah pergerakan warga harus diupayakan agar tidak menimbulkan penyebaran  corona lebih parah. Kita harus mengontrol pergerakan warga dengan cara yang sehat, hati-hati,  harus pakai masker, jarak satu meter dengan lainnya,  dan tidak bersentuhan  dan cuci tangan.  Pemerintah dan rakyat harus bersatu dalam satu komitmen bahwa kita akan memulihkan perekonomian secepat kita bisa tanpa mengabaikan kesehatan. Ini adalah perang dan kita harus berani mengambil resiko untuk menang.

 

Bagaimana dengan dunia pendidikan? Bidang pendidikan jelas yang sangat terpukul sehingga ujian nasional (UN) dibatalkan. Begitu juga dengan ujian-ujian sekolah, implementasi pembelajaran jarak jauh. Pendekatan online untuk proses pendaftaran siswa belajar dari rumah merupakan keniscayaan. Sekitar 7,5 juta mahasiswa dan hampir 45 juta pelajar sekolah dasar dan menengah pun terpaksa melakukan pembelajaran dari rumah.  Siswa akhirnya harus belajar melalui online yang sebelumnya tidak pernah dilakukan dan tiba-tiba harus dilakukan tanpa adanya persiapan dan adaptasi sama sekali. Pembelajaran dari rumah benar-benar dirasakan berat bagi guru, siswa, bahkan orang tua. Semua lini masyarakat dipaksa untuk bertransformasi dan beradaptasi pada kondisi ini. Tentu saja tidak semua masyarakt mampu melakukan pembelajaran secara online ini. Masyarakat yang mampu diyakini lebih mudah beradaptasi untuk berpindah ke strategi pembelajaran online. Meskipun, dalam kenyataannya, banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi baik oleh guru/dosen maupun para pelajar dan mahasiswa bahkan orang tua mereka. Yang paling terkena dampak adalah masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Tidak semua siswa mampu memiliki perangkat dan fasilitas untuk mengikuti pembelajaran secara daring ini. Selain itu, belum seragamnya proses pembelajaran, baik itu terkait standar maupun kualitas capaian pembelajaran yang diharapkan masih menjadi sebuah masalah besar di dunia pendidikan.

Memotong waktu belajar dan tidak tahu memulainya lagi benar-benar mengganggu kehidupan banyak anak, orang tua mereka, dan guru. Banyak yang dapat dilakukan untuk setidaknya mengurangi dampak melalui strategi pembelajaran jarak jauh. Negara-negara kaya lebih siap untuk pindah ke strategi pembelajaran online, meskipun dengan banyak upaya dan tantangan untuk guru dan orang tua. Di negara-negara berpenghasilan menengah dan lebih miskin, situasinya sangat beragam dan jika kita tidak bertindak dengan tepat, ketidaksetaraan kesempatan belajar akan semakin melebar. Banyak anak tidak memiliki meja, buku, konektivitas internet, laptop di rumah, atau orang tua yang mendukung..
 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menginisiasi program belajar dari rumah yang ditayangkan di TVRI. Televisi ini menjadi sebuah solusi yang inovatif ketika dimanfaatkan menjadi sumber informasi dan sumber edukasi bagi dunia pendidikan. Terutama, mulai dari pendidikan dasar hingga menengah.Meski demikian efektivitas program ini tentu tidak bisa disetarakan dengan interaksi pembelajaran langsung. Perbedaan pola pembelajaran yang biasanya tatap muka  menjadi tatap layar jelas memberikan tantangan baru bagi dunia pendidikan.

 
Pandemi ini jelas membuat semua elemen dalam pendidikan harus berubah dan beradaptasi. Orang tua yang selama ini menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka pada sekolah kini tidak bisa lagi bersikap tidak peduli. Orang tua harus berubah dan beradaptasi. Orang tua harus mampu bertransformasi dan berdaptasi terlebih dahulu, agar mampu menjadi pendamping atau mentor perubahan bagi anak-anaknya di rumah. Transformasi dan adaptasi menjadikan peranan orang tua sebagai kunci keberhasilan untuk menghadapi situasi ini. Orang tua sebagai pintu pertama perubahan ini. Orang tua harus mampu belajar bersama anak-anak di rumah.

 

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah berupaya untuk melakukan berbagai penyesuaian pembelajaran yang tidak membebani guru dan siswa, namun sarat nilai-nilai penguatan karakter seiring perkembangan status kedaruratan Covid-19.

"Kami mendorong para guru untuk tidak menyelesaikan semua materi dalam kurikulum. Yang paling penting adalah siswa masih terlibat dalam pembelajaran yang relevan seperti keterampilan hidup, kesehatan, dan empati," demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, pada acara media briefing Adaptasi Sistem Pendidikan selama Covid-19, hasil kerja sama antara Kementerian Luar Negeri, Kemendikbud, dan Ketua Tim Pakar Penanganan Covid-19, di Istana Kepresidenan, Provinsi DKI Jakarta, Kamis (14/5).

 

Kapankah kita berani melepaskan status social distancing dan membolehkan kembali siswa ke sekolah? Pandemi COVID-19 ini telah menyebabkan lebih dari 1,6 miliar anak-anak dan remaja putus sekolah di 161 negara. Ini mendekati 80% dari siswa yang terdaftar di dunia. Kita telah mengalami krisis global, karena banyak siswa di sekolah, tetapi tidak belajar keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup. Beberapa negara seperti China, Prancis, Yunani, Italia, telah memulai kembali persekolahan dengan aturan-aturan ayng sangat ketat baik bagi guru mau pun bagi murid. Ini adalah kondisi 'new normal' yang harus diambil.

 

PENDIDIKAN DI ERA 'NEW NORMAL'

 

Ada banyak hal yang berubah di dunia pendidikan dengan adanya pandemi ini

Penggunaan pembelajaran virtual yang selama ini seolah asing tiba-tiba menjadi sebuah keharusan. Para guru harus bisa melakukan pembelajaran secara virtual. Mereka dipaksa untuk bisa. Sebaliknya, guru yang mampu memanfaatkan pembelajaran jenis baru ini akan semakin disukai akan memberikan kesempatan bagi seseorang menjadi guru/ahli bagi ribuan orang. Anda bisa punya channel dan kelas sendiri lewat semua aplikasi mengajar online dari rumah.

 

Banyak orang-orang hebat dan pintar yang akan senang berbagi ilmu. Ilmu jadi murah dan bahkan gratis karena mereka juga berbagi dengan gratis karena semua bisa dilakukan dengan peralatan dan fasilitas yang sederhana di rumah. Bahkan siswa bisa menjadi penghasil konten. Bukan saatnya lagi anda biarkan siswa duduk diam di kursi mengerjakan soal. Dengan menggunakan HP-nya mereka bisa didorong untuk menjadi content creator

 

Pelajaran yang memerlukan hafalan jelas akan menjadi using dan ditinggalkan. Internet mampu membantu tiap orang untuk menemukan apa yang mereka ingin ketahui. Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan akan segera dilihat menjadi lebih berharga daripada kemampuan untuk melafalkannya. Berbagai media tersedia bagi siapa saja yang ingin belajar dengan media apa pun.

 

Strategi yang tepat di sebagian besar negara adalah dengan menggunakan semua mode pengiriman yang mungkin dengan infrastruktur yang ada saat ini. Gunakan alat online untuk memastikan bahwa rencana pelajaran, video, tutorial, dan sumber daya lainnya tersedia untuk beberapa siswa dan mungkin bagi sebagian besar guru. Tetapi juga, podcast dan sumber daya lain yang membutuhkan lebih sedikit penggunaan data. Bekerja dengan perusahaan telekomunikasi untuk menerapkan kebijakan tarif nol juga dapat memfasilitasi materi pembelajaran untuk diunduh pada smartphone, yang kemungkinan besar dimiliki oleh lebih banyak siswa.

Radio dan TV juga merupakan alat yang sangat kuat. Keuntungan yang kita miliki saat ini, adalah bahwa melalui jejaring sosial, WhatsApp atau SMS, kementerian pendidikan dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang tua dan guru dan memberikan panduan, instruksi dan struktur untuk proses pembelajaran, menggunakan konten yang disampaikan oleh radio atau TV. Pembelajaran jarak jauh tidak hanya tentang pembelajaran online, tetapi tentang pembelajaran media campuran, dengan tujuan untuk menjangkau sebanyak mungkin siswa, hari ini.

 

Mari kita sambut era 'New Normal' ini dengan penuh optimism dengan tidak melonggarkan kewaspadaan kita akan penularan virus yang masih terus mengancam. Mari kita terus belajar dengan cara baru dan menyenangkan.

 

Surabaya, 21 Mei 2020

 

Satria Dharma

Penggagas Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

 



Salam
Satria Dharma
http://satriadharma.com/

__._,_.___

Posted by: Satria Dharma <satriadharma2002@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
---------- http://groups.yahoo.com/group/cfbe ----------
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id

Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------

.

__,_._,___
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Milis Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger