Home » » [cfbe] Re: [IGI] Refleksi ESN: "Examining Digital Literacies from the Ground Up: Lessons from Language Teaching" oleh Dr. Ibrar Bhatt

[cfbe] Re: [IGI] Refleksi ESN: "Examining Digital Literacies from the Ground Up: Lessons from Language Teaching" oleh Dr. Ibrar Bhatt

Written By Celoteh Remaja on Jumat, 03 November 2017 | 05.09

 

Sebuah pandangan yang menarik, meski pun analogi yang digunakannya dengan membandingkan kemampuan membaca manualnya dengan teknisi menurut saya kurang tepat. :-)
Meski Dr. Ibrar Bhatt memahami teks dalam manual tapi ia memang tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk memperbaiki AC rumahnya. Untuk bisa memperbaiki AC dibutuhkan pengetahuan yang lebih dari sekedar pemahaman teks dan pengalaman teknis. Dan Dr. Ibrar Bhatt tidak memiliki itu. Ini sama dengan membandingkan ketrampilan berbahasa seseorang. Meski saya seorang sarjana pendidikan bahasa Inggris tapi belum tentu saya lebih fasih berbahasa Inggris dibandingkan dengan seorang anak kecil yang penutur asli.
Digital Literacy juga bertingkat. Sekarang ini seseorang yang tidak bisa menggunakan internet untuk mengirim surat sudah dianggap sebagai illiterate.
Thanks for sharing, Puti!

Salam
Satria Dharma
http://satriadharma.com/


On Tuesday, October 31, 2017, 9:39:42 AM GMT+7, Dhitta Puti Sarasvati dputi131@gmail.com [ikatanguruindonesia] <ikatanguruindonesia@yahoogroups.com> wrote:


 


Refleksi ESN: "Examining Digital Literacies from the Ground Up: Lessons from Language Teaching" oleh Dr. Ibrar Bhatt
Penulis: Dhitta Puti Saravati


Education Sharing Network (ESN) adalah sebuah kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan, Universitas Sampoerna. Penyelenggaraannya dua kali per semester. Di kegiatan ESN hari ini, temanya adalah "Examining Digital Literacies from the Ground Up: Lessons for Language Teaching" yang dibawakan oleh Dr. Ibrar Bhatt dari Queen's University, Belfast.

Meskipun tidak punya dasar mengenai pengajaran bahasa (language teaching),  ESN kali ini tetap saya anggap sangat menarik.

Dr. Bhatt memulai presentasinya dengan menceritakan latar belakangnya. Kini, dia memang menjadi seorang akademisi yang bekerja di universitas, tetapi sebelumnya merupakan guru bahasa. Pengalamannya mengajar, membuatnya berinteraksi dengan siswa-siswa dari berbagai latar belakang, beberapa tidak piawai dalam menulis dan membaca, khususnya dalam konteks akademis. Beberapa juga tidak pandai, bahkan tidak bisa berbahasa Inggris. Mereka adalah siswa-siswa yang kesulitan di kelas dan mereka seringkali dilabeli illiterate, alias tidak cakap menulis dan membaca.

Namun, dari hasil observasi Dr. Bhatt, dia menemukan bahwa siswa-siswinya sangat aktif di internet. Mereka bisa melakukan jual beli melalui E-Bay, bisa mengisi formulir aplikasi visa (yang rumit), aktif mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dalam diskusi online, mencari dan mencoba memahami berbagai informasi untuk belajar hal baru di dunia maya.  Menurutnya, beberapa hal yang dilakukan siswanya  termasuk dalam complex literacy activities.

Muncullah pertanyaan dalam kepala Dr. Bhatt, "Apakah siswa-siswanya benar-benar illiterate?"

Dr. Bhatt memahami literasi sebagai bentuk praktek sosial (social practices). Seseorang bisa sangat literat di satu konteks tetapi tidak literat di konteks lain. Sebagai analoginya, Dr. Bhatt mencontohkan bahwa dia sudah memperoleh PhD di bidang bahasa (Inggris). Tentu saja, asumsinya adalah bahwa keterampilannya dalam membaca seharusnya baik. Ketika pendingin ruangan di rumahnya rusak, dia mau mencoba memperbaikinya sendiri. Referensinya adalah buku manual. Dr. Bhatt membaca buku manual tersebut selama setengah jam tapi tetap saja tidak bisa memperbaiki mesin pendingin ruangannya. Lalu, dia memanggil seorang teknisi. Teknisi ini membaca buku manual sebentar saja, lalu bisa membetulkan mesin pendingin dalam waktu beberapa menit.

Baik Dr. Bhatt maupun teknisi sama-sama bisa membaca. Namun ada konteks di mana Dr. Bhatt lebih literat daripada teknisi tersebut, yakni dalam konteks akademik (sesuai bidangnya). Di sisi lain, ada konteks di mana teknisi tersebut lebih literat daripada Dr. Bhatt, yakni yang terkait profesinya, segala hal yang berhubungan dengan permesinan. Setiap komunitas punya 'bahasanya sendiri', berinteraksi dengan jenis teknologi tersendiri. Istilah Dr. Bhatt "I have access to diferent kinds of literacies, he has access to different kinds of literacies". 

Cerita Dr. Bhatt ini mengingatkan cerita Ong Hok Ham dalam  buku "Guru dan Secangkir Kopi" karya Mas Andi Achdian. Saya lupa detilnya, tetapi ada bagian di dalam buku itu yang menceritakan bahwa Ong Hok Ham menganggap bahwa rakyat yang dianggap orang biasa (bukan dari kalangan yang dianggap terpelajar) punya kecerdasannya sendiri. Mereka punya bahasa dan logika tersendiri untuk memahami dunia.

Nah, menurut Dr. Bhatt, sebagai seorang 'guru', kita perlu melakukan penelitian agar bisa lebih memahami siswa-siswa kita. Guru bahasa, misalnya juga perlu mengamati secara lebih mendalam literasi siswa, misalnya dalam konteks digital. Sebelumnya Dr. Bhatt juga mengingatkan bahwa konsep mengenai digital literacy, akan terus berubah dari zaman ke zaman, sesuai dengan perkembangan digital. Misalnya, di zaman dulu, anak yang punya akses terhadap game (nintendo, game boy, dll) dianggap generasi digital, lalu kemudian mereka yang punya akses terhadap internet, yang dianggap generasi digital, di massa depan, akan ada generasi digital adalah mereka yang terakses dengan  the internet of things, di berbagai hal di sekitar, kursi, meja, dan lain-lain terakses ke internet. Ketika memandang literacy as a social practice, kita jadi bisa paham bahwa tidak ada definisi yang saklek mengenai literasi tapi literasi berkembang di dalam praktek. Praktek ini dikembangkan oleh manusia.

Sebagai guru, Dr. Bhatt menyarankan kita untuk mempelajari digital literacy dari akar rumput, bukan berdasarkan apa yang didiktekan oleh pembuat teknologi ke kita. Ada berbagai metode untuk melakukan ini, misalnya dengan mempelajari sejarah digital siswa-siswa kita. Mewawancarai mereka, misalnya untuk mengentahui kapan mereka pertama kalinya menggunakan mouse, membuat email, membuat profil di media sosial, dan belajar berbagai skill yang mereka miliki sekarang. Siswa-siswi kita bisa saja punya akses yang sama terhadap teknologi, misalnya sama-sama memiliki akses ke telepon pintar, tetapi hal tersebut tidak berarti mereka memiliki pengalaman yang sama dalam menggunakan literasi digital.

Salah satu hal yang menarik, adalah ketika Dr. Bhatt mengatakan dia lebih suka fokus mempelajari jenis literasi siswa, bukan sekadar level literasi siswa. Dr. Bhatt mengatakan bahwa sebagai seorang guru, tentu saja kita diharapkan untuk mengukur level literasi siswa. Hal ini bisa dipaham., Namun, ketika kita bisa mencoba memahami jenis literasi siswa, kita memperoleh informasi yang bisa memperkaya praktek kita dalam merancang kegiatan belajar-mengajar. Kita bisa mempelajari sejarah dan kebiasaan siswa kita dalam menggunakan media digital, jaringan siswa kita, dan tempat-tempat yang terkoneksi dengan siswa kita, jenis-jenis aplikasi, platform, dan teknologi yang digunakan siswa kita, dan lain-lain.

Pesan utaman Dr. Bhatt adalah agar kita para guru berusaha mengumpulkan data dan melakukan riset terkait praktek literasi siswa kita, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap data tersebut, dan gunakan apa yang dipelajari untuk memperbaiki praktek belajar dan mengajar.

__._,_.___

Posted by: Satria Dharma <satriadharma2002@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (2)

Have you tried the highest rated email app?
With 4.5 stars in iTunes, the Yahoo Mail app is the highest rated email app on the market. What are you waiting for? Now you can access all your inboxes (Gmail, Outlook, AOL and more) in one place. Never delete an email again with 1000GB of free cloud storage.

---------- http://groups.yahoo.com/group/cfbe ----------
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id

Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------

.

__,_._,___
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Milis Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger