Mengenal Koja
Oleh Andintya Anissa*
http://cips-indonesia.org/id/mengenal-koja/
"Koja dimana, Ty?" demikian pertanyaan yang terlontar dari teman-teman saya saat diceritakan perihal aktivitas yang saya lakukan sejak bergabung dalam tim relawan Center for Indonesian Policy Studies pada Mei lalu. Hampir semuanya tidak tahu Koja, dan mengernyit heran mengapa saya mengikuti kegiatan tersebut, berpanas-panas ria dan menebalkan muka agar tidak malu bertanya dalam mewawancarai narasumber.
Selama lima hari, saya dan teman-teman relawan menjalani riset sekolah swasta berbiaya rendah di daerah Koja, Jakarta Utara. Jika ada satu kata yang dapat mendeskripsikan apa yang saya rasakan selama lima hari tersebut, itu adalah "nano-nano" a.k.a "ramai rasanya". Tapi ya memang begitu, karena banyak sekali yang saya rasakan sepanjang menjalani peran saya sebagai relawan.
Ada nyeri terbersit ketika supir angkot yang mengantarkan saya, dengan ringannya mengatakan bahwa siswi-siswi dari sekolah menengah pertama (SMP) "X" ketika lulus menjadi pelacur lantaran terlalu bodoh untuk melanjutkan sekolah.
Ada haru ketika seorang Ibu bercerita betapa besar arti Kartu Jakarta Pintar (KJP) bagi ia dan keluarganya, karena suami beliau bekerja sebagai Pasukan Oranye dengan gaji yang tidak lebih dari tiga setengah juta rupiah per-bulan. Betapa binar mata beliau saat bercerita anaknya kini telah mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran Jepang, membuat saya ikut bersuka cita.
Ada kesal dan sedih bersamaan ketika menyaksikan guru yang semangatnya kian pudar karena sadar profesinya tidak membawa kesejahteraan.
Lalu ada juga malu, tatkala saya teringat betapa sebelum momentum ini, saya masih sering kurang bersyukur dengan fasilitas pendidikan yang telah saya nikmati beberapa tahun ke belakang. Saya pun bertanya pada diri sendiri "Did I take them all for granted?".
Berbagai masalah di lapangan ditemukan dalam bentuk dana KJP yang terhambat lantaran masalah politik pusat, kepala sekolah yang dipusingkan oleh kondisi keuangan sekolah dan beberapa di antaranya selalu menaruh curiga terhadap kegiatan riset ini, guru yang entah kemana saat jam mengajar, bahkan sampai sekolah yang tutup kemudian ruang kelasnya dijadikan lahan parkir.
Dengan mengenal Koja, saya sadari bahwa ternyata pekerjaan rumah generasi saya dan di bawah saya akan semakin besar di masa mendatang. Kesejahteraan yang kita impikan harus melebihi kesejahteraan keluarga sendiri, tetapi juga kesejahteraan bersama untuk mereka yang membutuhkan.
Saya ingin semakin banyak teman-teman yang sadar dan mengerti bahwa ketimpangan sosial di Jakarta (dan Indonesia secara garis besar) lebih nyata dari yang kita ketahui melalui media massa. Karena saya percaya, dalam tiap masalah selalu ada peluang yang bisa kita ambil dan pelajari. Sehingga akan selalu ada harapan untuk perubahan yang lebih baik, jika kita mau sama-sama membuka mata dan peduli, lalu bergerak.
Jadi, maukah kamu ikut berpikir dengan bertanya pada diri sendiri;
"Apa yang akan saya berikan untuk negara ini?",
karena mungkin saja kamu belum sadar, bahwa ilmu dan kapabilitas kamu sebagai seseorang yang teredukasi dengan baik, berpotensi untuk membantu banyak orang di kemudian hari.
*Andintya Anissa adalah salah satu relawan enumerator untuk proyek sekolah swasta berbiaya rendah di Jakarta.
Posted by: Dhitta Puti Sarasvati <dputi131@gmail.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id
Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------
0 komentar:
Posting Komentar