Dharma hutauruk
Sent from my iPhone
On Nov 22, 2016, at 8:09 AM, Dhitta Puti Sarasvati dputi131@gmail.com [cfbe] <cfbe@yahoogroups.com> wrote:
Relawan dan Guru Honorer Jadi Solusi
Sarjana Baru Direkrut untuk Mengajar di Daerah Terpencil
BANYUWANGI, KOMPAS — Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi problem kekurangan guru akibat distribusi tenaga pengajar yang tidak merata. Ada daerah yang merekrut sarjana baru untuk menjadi relawan. Ada pula daerah yang mengandalkan tenaga honorer.Upaya merekrut anak muda lulusan perguruan tinggi ditempuh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka disiapkan untuk mengajar di daerah terpencil. Para sarjana ini digaji Rp 2 juta per bulan serta dikontrak selama dua tahun dalam Banyuwangi Mengajar.
Program itu dibentuk sebagai solusi dari kekurangan guru di daerah pelosok. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Senin (21/11), menjelaskan, pemkab memilih anak muda karena memiliki idealisme untuk mengabdi kepada masyarakat.
Program Banyuwangi Mengajar yang telah berlangsung dua tahun diikuti 50 pengajar muda. "Tahun ini, kami merekrut lagi 20 orang yang baru lulus untuk disebar ke sejumlah desa," ujar Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi Sulihtiyono.
Program Banyuwangi Mengajar ternyata menarik anak-anak muda yang rata-rata berprestasi tinggi. Nur Latifa, misalnya, lulusan IAIN Jember tahun 2015 dengan IPK 3,98, ditugaskan mengajar di SDN 3 Watukebo, Banyuwangi.
Fatma, pengajar lainnya, mau menjadi relawan karena selama ini hanya sedikit guru yang mau bertugas di tempat dia mengajar sekarang. "Jika tak ada guru, anak-anak hanya bermain di kelas," ucap Fatma yang sudah dua tahun mengajar di SDN VIII Barurejo, beberapa waktu lalu.
Di Papua, upaya mengatasi kekurangan guru akibat distribusi tenaga pengajar yang tidak merata ditempuh dengan merekrut 9.762 guru honorer. Menurut Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Protasius Lobya, ribuan guru honorer untuk jenjang SD hingga SMA/SMK itu akan menjalani pelatihan kompetensi pada Januari-Maret 2017. Diharapkan kompetensi mereka bisa setara dengan guru PNS.
Di Lampung, upaya mengatasi kekurangan guru akibat distribusi tenaga pengajar yang tidak merata juga ditempuh dengan memanfaatkan tenaga honorer. Provinsi ini kekurangan 4.652 tenaga guru PNS di tingkat SMK dan SMA.
Peningkatan kemampuan tenaga honorer dilakukan dengan mentoring atau pendampingan dan pembinaan oleh guru mata pelajaran. Program mentoringdilakukan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang terdiri atas sejumlah guru pengampu mata pelajaran yang sama. Guru dengan nilai Ujian Kompetensi Guru terbaik di kabupaten menjadi mentor.
"Kami mengucurkan Rp 50 juta per tahun untuk tiap-tiap MGMP di setiap kabupaten. Dana ini dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi lewat program mentoring," ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Heri Sulistyo di Bandar Lampung, Senin.
Sangat membantu
Kehadiran guru honorer di sekolah yang kekurangan tenaga pengajar memang besar artinya. Di SD Yayasan Pendidikan Kristen Kanda di Kabupaten Jayapura, misalnya, delapan guru honorer yang tersedia terasa sangat membantu.
Kepala SD Yayasan Pendidikan Kristen Kanda, Lucia Viktoriana Kopeuwe, mengatakan, sekolah itu hanya memiliki tiga guru PNS. Maka, ketika guru kelas berhalangan hadir, guru honorer harus mengajar mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Padahal, para guru honorer hanya memiliki keahlian mengajar bidang studi Agama.
Kondisi serupa terjadi di Distrik Mbua di Kabupaten Nduga. Ada lima sekolah di distrik itu. Jumlah siswa SD 281 orang, siswa SMP 91 orang, dan siswa SMA 26 orang. Total jumlah tenaga pengajar untuk ketiga jenjang pendidikan itu sebanyak 29 guru, yang meliputi 20 guru pegawai negeri sipil, 5 guru kontrak, dan 4 guru bantu.
Para guru bantu dengan kemampuan seadanya harus mengajar ketika guru PNS meninggalkan tempat untuk mengambil gaji serta mengikuti pelatihan dua hingga tiga pekan di Wamena. (NIT/ETA/FLO)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 November 2016, di halaman 12 dengan judul "Relawan dan Guru Honorer Jadi Solusi".
Posted by: Dharma Hutauruk <dharma.hutauruk@gmail.com>
| Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (2) |
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id
Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------
0 komentar:
Posting Komentar