Terima kasih banyak atas tanggapannya Pak Joe.
- memang sudah seharusnya sekolah menjadi pusat pembelajaran literasi. Tapi faktanya memang tidak. Buktinya, menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), di tahun 2012 indeks minat baca di indonesia baru mencapai 0,001 artinya dalam setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang punya minat baca. Ini statistik yang mengerikan dilihat dari perspektif mana pun.
Kemarin dalam diskusi yang dihadiri pejabat Badan Bahasa saya mengajukan pertanyaan retorik "Siapa yang bertanggung jawab untuk menumbuhkan budaya literasi membaca dan menulis siswa? Ortu? Sekolah? Masyarakat?" dan semua orang hanya bisa saling pandang tanpa bisa menjawab. Faktanya memang tidak satu pun pihak yang merasa mendapat mandat, apalagi merasa bertanggung jawab, soal menanamkan kebiasaan dan menumbuhkan ketrampilan membaca ini. Bangsa kita sudah jelas gagal dalam urusan membaca ini.
Di Indonesia saat ini ada ratusan sekolah bernama SDIT/SMPIT, sekolah yg 'islam terpadu'. Sekolah ini seolah hendak menyatakan bahwa sekolah Islam yang lain belumlah terpadu. :-). Tapi kita tentu paham maksudnya untuk memberikan 'value added' pada yang mereka lakukan di sekolah (begitu juga dengan yang berlabel 'Sekolah Alam'. What for?)
- Kami memang tidak tunggu lama. Kemarin siang kami langsung ke JBSI Unesa membawa proposal ajakan kerjasama dan ditemui langsung oleh Kajur JBSI, Dr. Syamsul Sodiq, dan bahkan Dekan FBS Unesa yang baru, Pak Bambang. Singkat kata, kami sepakat untuk menggulirkan ide 'Sekolah Berbasis Literasi' ini dan bahkan rencananya nantinya akan ada beberapa sekolah lain yang akan ikut MOU pada tanggal 9/2 nanti. Ini tipe 'blietzkrieg' yang saya sukai. :-)
- menggali referensi dari apa yang sudah dilakukan di negara lain memang perlu. Tapi berdasarkan pengalaman saya kita memang harus bergerak berdasarkan situasi dan kondisi yang ada di lapangan yang seringkali tidak cocok dengan apa yang telah dilakukan oleh negara lain. Sebagai contoh, apa program literasi yang cocok bagi siswa yang sekolahnya tidak memiliki perpustakaan yang memadai, guru-gurunya tidak membaca dan bahkan menganggap membaca sebagai beban yang harus dihindari, orang tuanya idem ditto, dlsb? We cannot just pick up some wise advise from the best universities.
Secara bergurau saya katakan bahwa di hutan seringkali kita tidak bisa berburu dengan bedil, tombak, panah, jala, dan segala macam peralatan yang kita ketahui sebagai alat untuk berburu. Seringkali kita mesti menangkap buruan kita dengan tangan kosong (or you will die starving). :-)
Thanks again.
Satria Dharma
http://satriadharma.com/
Sekilas membaca links yang diberikan pak Satria tentang gerakan literasi di SMPN 43 Sby ini, rupanya program ini sudah berjalan di sekolah yg bersangkutan. Bagus. Dan dari laporan anda pak Satria, Ada tiga hal yang menurut saya bisa lebih meningkatkan program ini:
Posted by: "Satria Dharma" <satriadharma2002@yahoo.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (3) |
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id
Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------
0 komentar:
Posting Komentar