Thanks apresiasinya, Pak Joe.
Masalah literasi itu segunung gedenya (been neglected for decades) sehingga tidak mungkin bisa diselesaikan HANYA... (sila isi sendiri). Tentu saja inisiatif pribadi dan komunitas itu baik dan saya mengapresiasinya tapi saya melihat (after working on it for many years) bahwa justru pemerintahlah (dalam hal ini Kemdikbud) yang mandul dan SAMASEKALI tidak punya visi yang jelas soal bagaimana menumbuhkan budaya membaca siswa/anak bangsa ini.
Saya tantang mereka yg bekerja di Kemdikbud utk membantah pernyataan saya ini (Ups...! Sakjane aku yo duwe bolo akeh nang Kemdikbud) dan tolong tunjukkan apa program yang telah dilakukannya utk menumbuhkan budaya membaca dan menulis siswa.
(Bangsa Indonesia sampai saat ini dianggap TIDAK MEMILIKI BUDAYA MEMBACA (dan kalah dengan bangsa Vietnam yang baru saja merdeka setelah hancur lebur berperang dengan Amerika). Menurut OECD budaya membaca masyarakat Indonesia menempati peringkat paling rendah di antara 52 negara di Asia Timur (Kompas, 2009)
Jadi fokus saya kini adalah mendorong pemerintah (pusat dan daerah) utk mulai memikirkan pentingnya membudayakan literasi ini dan mengambil kebijakan strategis. Saya telah mulai dengan Surabaya dan Alhamdulillah ada kemajuan yg cukup berarti.
Kemarin dua hari berturut-turut saya sosialisasikan program Surabaya Kota Literasi ini pada ratusan mahasiswa Unair yang akan berangkat KKN. Kami berharap mereka akan memiliki kesadaran tentang literasi dan bersedia menjadi sukarelawan penggerak literasi dalam program KKN mereka. Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Surabaya akan bersedia melatih mereka membangun dan mengelola perpustakaan di sekolah di seluruh wilayah Surabaya sebelum mereka diterjunkan. Ada 1500 lebih sekolah di Surabaya dan kami berharap ada minimal satu mahasiswa yang akan membantu program literasi di sekolah tersebut. Ada belasan perti di Surabaya dan berniat mengetok pintu mereka satu persatu. :-)
Btw, saya memang gencar mempromosikan apa yg saya lakukan dan berharap daerah lain juga ada yang tertarik dengan 'dagangan' saya. Namanya juga dodolan...! Tapi sumprit saya tidak pernah bilang dagangan salak orang lain itu sepet. Ngge opo...?!
Ayo podo dodolan sing apik. Rasah ngenyek dagangane wong liyo. :-)
Satria Dharma
http://satriadharma.com/
Membaca diskusi dan debat antara para senior forum IGI, Pak Satria (analogi-dagang salep) dengan Pak Harry (dagang jamu) dan Pak Moko sangat menarik. Ini menjadi contoh edukatif bagi semua anggota forum IGI di sini, bahwa seharusnya beginilah forum ini berjalanan, penuh dengan tulisan berbobot dengan pendapat dan asumsi yang didukung oleh pengetahuan yang mumpuni. Asal harus diingat bahwa dalam berdebat dan diskusi tujuannya bukan untuk saling menyalahkan dan mencari siapa yang paling benar, apalagi menyerang/menyinggung personal seseorang. Kita boleh tidak setuju dengan pendapat seseorang dan mengkritik pendapat orang itu, tapi bukan berarti kita tidak suka dengan orang tersebut. Jika debat dan diskusi dalam koridor Billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang sopan dan baik) terbangun dengan baik, maka banyak pelajaran yang bisa kita ambil disana.
Saya bisa menarik pelajaran dari kedua pihak yang berdebat disini. Di satu sisi, Pak Satria saya pikir beliau memakai pendekatan dari luar untuk membangun budaya literasi. Bisa juga dikaitkan dengan konsep Top-down, yang mana disini beliau bekerja sama dengan instansi-instansi pemerintah dan sekolah-sekolah untuk memancing minat membaca dari masyarakat dan siswa dengan menyediakan buku-buku dan fasilitas lain. Di sisi lain, Pak Harry (didukung Pak Moko) lebih memilih menumbuhkan minat membaca lewat pendekatan dari dalam, atau bisa juga disebut Bottom-up. Beliau berdua lebih menekankan usaha menumbuhkan budaya literasi dari organisasi terkecil dan paling personal: orang tua dan keluarga. Jadi, analogi "salep dan jamu" sangat pas (ingenious!) dengan kedua pendekatan ini.
Di sini saya tidak mencoba menjembatani kedua pihak, karena saya yakin beliau semua sudah bijak menyikapi perbedaan pendapat. Bagi saya ini menarik karena dengan adanya kedua persepsi yang berbeda ini pula maka usaha untuk menciptakan budaya literasi bagi masyarakat kita bisa bersinergi. Kita punya dua mata yang melihat satu objek dari sisi yang berbeda (parallax), tapi justru dengan dua sudut pandang berbeda ini kita bisa melihat secara lebih luas dan komprehensif karena keduanya saling melengkapi melalui proses stereopsis. Coba Anda pejamkan satu mata dan mulailah berjalan, Anda pasti tahu bedanya. Dan kalo kita sakit dan pergi ke dokter, obat yang diresepkan dokter bisa jadi itu obat luar atau obat dalam (tergantung penyakitnya). Dan kiranya akan lebih cepat sembuh jika obat luar ditunjang dengan obat dalam. Asal jangan saja pergi ke dukun dan minta penyakitnya langsung sembuh hanya dengan air putih ditambah kembang dan kemenyan!. Penyembuhan butuh proses, obat luar dan obat dalam akan memberikan kontribusinya jika keduanya sesuai dengan penyakit dan aturan pakainya.
Tapi berhubung yang dibahas adalah proyek literasi Pak Satria, ijinkan saya pak untuk memberikan saran. Saya ambil analogi proyek literasi Anda dengan forum IGI ini karena ada beberapa kemiripan dan Anda bisa mengambil pelajaran dari sini. Proyek literasi Anda bergerak untuk mengajak masyarakat gemar membaca, forum ini dibuat juga untuk menarik anggota guru-guru untuk saling "share and grow together". Coba kita lihat bagaimana manajemen dan perkembangan forum ini. Forum ini punya moderator tapi saya tidak melihat adanya moderasi. Memang sudah dijelaskan "sengaja" tidak ada moderasi, tapi apa ini hal yang baik? Ada pengurus, tapi kesannya tidak terurus sehingga visi dan misi forum ini belum berjalan maksimal. Framework dan direction-nya tidak jelas, sedangkan maintenance-nya juga tidak jalan. Tidak ada akuntabilitas dari pengurus akan jalannya forum ini dan mungkin karena tidak ada arah - tujuan dan tema yang jelas para anggota jadi malas berkontribusi.
Kurangnya manajemen dalam forum ini saya rasa juga mengakibatkan rendahnya mutu tulisan sebagian besar postingan. Kita bisa melihat berapa orang anggota yang benar-benar menulis dalam forum ini? 10 orang? Padahal ada 1753 member yang tercantum di atas. Bandingkan jumlah postingan yang berbobot dengan yang hanya sekedar menjiplak tulisan orang lain atau sekadar guyonan atau ucapan ulang tahun. Seandainya ada moderasi dari pengurus, kemungkinan postingan akan lebih terarah dan anggota akan lebih semangat berkontrobusi positif.
Saya sudah membaca proyek sby kota literasi-nya Pak Satria. Terima kasih, pak. Saya lihat sudah ada visi-misi yang jelas dan aplikasi proyek yang nyata. Harus ada akuntablilitas, monitoring dan maintenance dari pengurus agar proyek ini bisa terus berjalan terus sesuai tujuan, Pak. Selamat berjuang.
Posted by: "Satria Dharma" <satriadharma2002@yahoo.com>
Reply via web post | • | Reply to sender | • | Reply to group | • | Start a New Topic | • | Messages in this topic (1) |
Arsip Milis: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/messages
Website: http://www.cbe.or.id
Hanya menerima daily digest: cfbe-digest@yahoogroups.com
Tidak menerima email: cfbe-nomail@yahoogroups.com
Kembali ke normal: cfbe-normal@yahoogroups.com
Berhenti berlangganan: cfbe-unsubscribe@yahoogroups.com
----------------- cfbe@yahoogroups.com -----------------
0 komentar:
Posting Komentar