Home » » [Lingk] Berita KIARA. 22 April 2014. Dampak Pariwisata, Terumbu Karang Indonesia Rusak Parah

[Lingk] Berita KIARA. 22 April 2014. Dampak Pariwisata, Terumbu Karang Indonesia Rusak Parah

Written By Celoteh Remaja on Kamis, 22 Mei 2014 | 18.13

 

Dampak Pariwisata, Terumbu Karang Indonesia Rusak Parah
JAKARTA, bisniswisata.co: Laut Indonesia adalah pusat penting keanekaragaman hayati dunia. Namun, dari luas wilayah maritim seluas 310 juta hektar (ha) baru 5,6% saja yang masuk sebagai kawasan konservasi. Jika mematuhi kesepakatan internasional, sebuah negara setidaknya memiliki 10% luas laut untuk dikonservasi. Saat ini, luas terumbu karang Indonesia 2,5 juta ha dengan luas konservasi 700 ribu hektar.

Namun, 40% terumbu karang dalam kondisi rusak. Pemerintah mengaku pihaknya menemui banyak kendala untuk memperbaiki terumbu karang. Bukan hanya masalah luas yang ditambah, tetapi juga biaya yang dibutuhkan untuk konservasi cukup tinggi, yaitu US$ 70 ribu per tahun.

Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (KKJI) Agus Dermawan mengatakan bahwa rusaknya terumbu karang akan menghambat perkembangbiakan ikan dan fauna laut lainnya.

"Kalau karangnya rusak maka lingkungan untuk ikan berkembang biak akan sulit. Padahal, ikan itu berkaitan dengan ketahanan pangan. Kehidupan sehari-hari kita bergantung kepada ketersediaan ikan," kata Agus.

Sebelumnya, hasil penelitian Pusat Penelitian (Puslit) Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan bahwa hingga tahun 2013 sebesar 30,4% kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan atau kurang baik. Hanya sebesar 5,29% dalam kondisi sangat baik, 27,14% masih dalam kondisi baik, dan 37,18% dalam kondisi cukup baik.

Kepala Puslit Oseanografi LIPI Zainal Arifin mengungkapkan program penyelamatan terumbu karang tidak hanya berdampak pada peningkatan masyarakat, tetapi juga berhasil meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang.

Tinggalkan Hutang

Abdul Halim, Sekretaris Jenderal KIARA menjelaskan sejak tahun 1998-2019, Indonesia dibebani hutang Coremap (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang) sebesar USD 85,75 atau setara dengan Rp.1,44 Triliun. Padahal, tanpa hutang masyarakat Indonesia mampu memperbaiki kerusakan terumbu karang yang lebih disebabkan oleh pemakaian alat tangkap merusak trawl, pencemaran laut dan lemahnya penegakan hukum.

"Untuk penyelamatan terumbu karang, sudah semestinya dikedepankan semangat gotong-royong yang menjadi karakter masyarakat Indonesia. Karena di level masyarakat pesisir, kesadaran mengenai rusaknya terumbu karang yang berakibat pada menurunnya hasil tangkapan ikan terus meningkat. Hal ini mendorong mereka untuk berinisiatif menyelamatkan terumbu karang secara swadaya," papar Abdul Halim dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (8/5/2014).

Dijelaskan, pada Fase I (1998-2004) nama penghutang Bank Dunia sebesar USD 6,9 Juta dan Bank Pembangunan Asia sekitar USD 7 Juta. Dan pada Fase II (2004-2009), nama penghutang Bank Dunia (USD 56,2 Juta) dan Bank Pembangunan Asia (USD 8,27 Juta) dan Fase III (2014-2019) nama penghutang Bank Dunia (USD 47,38 Juta) sehingga totalnya USD 85,75.

Pusat Data dan Informasi KIARA (2014) menemui fakta di Kepulauan Aru (Maluku) dan Pulau Lembata (NTT) kerusakan terumbu karang disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum atas pemakaian alat tangkap merusak, juga dampak dibukanya pariwisata diving yang banyak dikunjungi wisatawan.

Anehnya, fakta pengeboman di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, yang diduga melibatkan lembaga konservasi asing dibiarkan tanpa ditindak tegas. Di lain sisi, masyarakat nelayan tradisional telah berulangkali menyampaikan laporan tanpa kesungguhan menindaklanjutinya.

Dikatakan, rehabilitasi karang dapat dilakukan tanpa hutang jika pemerintah bersungguh-sungguh dan memprioritaskan jiwa swadaya atau gotong-royong masyarakat nelayan. Di Aru dan Lembata, masyarakat nelayan bahkan melakukan upaya-upaya preventif untuk mencegah kerusakan laut dengan mengedepankan kearifan lokal dalam mengelola kekayaan lautnya.

Perbaikan terumbu karang, tambah Halim, mutlak diperlukan di tengah masih maraknya pemakaian alat tangkap merusak, seperti trawl, potasium, dan bom, di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia yang terang-benderang dilarang oleh Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. (endy)
Sumber: http://bisniswisata.co/view/kanal/?open=1&alias=berita&id=5814
 
 
---------------------------------------------------
Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu sisi adalah kekayaan, tetapi dari sisi lain adalah kerawanan. Sebagai kekayaan, keanekaragaman budaya dapat menjadi sumber pengembangan budaya hibrida yang kaya dan tangguh, melalui penyuburan silang budaya. Sebagai kerawanan, keanekaragaman budaya melemahkan kohesi antar suku dan pulau.

Berbagi informasi adalah hal terpenting dalam bermasyarakat. Terlebih bagi nelayan tradisional dan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan masyarakat luas yang tinggal di belahan bumi lainnya.


Kunjungi FB dan Twitter KIARA
. Pastikan Anda adalah orang yang pertama kali mengetahui perkembangan informasi kelautan dan perikanan nasional.
------------------------------
----------------------

Sekretariat Nasional Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan

The People's Coalition for Fisheries Justice
Jl. Manggis Blok B No. 4, Perumahan Kalibata Indah
Jakarta 12750, Indonesia
Telp./Faks. +62 21 799 3528
Email. kiara.indonesia01@gmail.com
FB. KIARA
Twitter. @sahabatKiara

__._,_.___

Posted by: KIARA Indonesia <kiara_indonesia@yahoo.com>
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
===== Petunjuk Milis Lingkungan ===========

Gunakan bahasa yang sopan dan bersikap dewasa
Berlangganan: lingkungan-subscribe@yahoogroups.com
Berhenti    : lingkungan-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Lingkungan tidak menerima segala bentuk ATTACHMENT, bila ada
yang akan kirim ATTACH harap di-COPY & PASTE di BADAN EMAIL.

===== Motto:Lestari dan berseri Indonesiaku ======

Arsip berita-berita lingkungan di Indonesia :
http://groups.yahoo.com/group/berita-lingkungan/
Berlangganan : berita-lingkungan-subscribe@yahoogroups.com

.

__,_._,___
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Milis Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger